Tukang Potong Rumput

Tukang Potong Rumput

Florida,

sebuah pulau yang sangat

indah,
rupanya menyimpan

kisah menarik didalamnya.

Bukan cerita tentang cinta

ataupun eksotisme yang dimilikinya,
melainkan

bagaimana seseorang bisa

begitu dicintai oleh

majikannya.

Alkisah seorang anak dengan

langkahnya yang kecil,

dengan cepat memasuki

sebuah toko obat.
Ia mencoba

untuk mengangkat gagang

telepon umum yang tersedia namun tak bisa karena ia

masih terlalu pendek.

Akhirnya ia pun menarik

sebuah dus sebagai

tempatnya berpijak,
sehingga

ia bisa mencapai gagang telepon dan mulai menekan

tujuh digit nomor tujuan.

Pemilik toko sempat dibuat

penasaran, dan ia pun

akhirnya mendengarkan isi

percakapan yang sedang berlangsung.

Anak : “Hai Nona, dapatkah

anda memberikan saya

pekerjaan memotong

rumput ?”

Wanita : “Saya sudah punya

seseorang untuk memotong

rumput saya”.

Anak : “Nona, saya akan

memotong rumput dengan

memberikan setengah harga

dari orang yang memotong

rumput anda sekarang”.

Wanita : “Saya sangat puas

dengan orang yang saat ini

memotong rumput saya”.

Sang anak dengan ketekunan

yang lebih, ia pun kembali

berkata,

“Nona, saya bahkan

akan menyapu pinggiran jalan

trotoar anda, sehingga pada

hari Minggu anda akan memiliki halaman yang paling

cantik di seluruh pantai

Florida”.

Wanita : “Tidak, terima

kasih”.

Dengan senyuman di

wajahnya, anak itu pun

meletakkan gagang telepon.

Setelah mendengar

percakapan tersebut, sang

pemilik toko pun seraya menghampiri dan berkata,

“Nak, saya suka dengan sikap anda.

Seorang seperti anda

begitu bersemangat dan

memiliki sifat yang positif.

Bagaimana kalau anda bekerja disini saja?”

Anak : “Tidak, terima kasih”.

Pemilik toko : “Tapi saya

sangat suka dengan anda,

bahkan saya bisa memberi

upah sesuai dengan

keinginan anda”.

Anak : “Tidak Pak, terima

kasih. Saya hanya memeriksa

hasil kinerja saya pada

pekerjaan yang sudah saya

miliki.

Sayalah yang bekerja

untuk wanita di telepon tadi”.

Sahabatku yang manis

senyumnya, setiap kali kita

tidak lebih baik dari orang

lain, kita akan menyalahkan

orang lain untuk itu.
Padahal semestinya, kita harus lihat kelemahan yang ada pada diri kita,
barulah selanjutnya

bekerja keras untuk

membuang kelemahan itu. Begitu halnya saat ada

sesuatu yang menghalangi

jalan kita,

kita akan menganggapnya sebagai rival kita.

Padahal sesungguhnya,

rival terbesar bukanlah orang lain, melainkan diri kita sendiri.

Ada satu sisi keegoisan dalam setiap diri manusia, dan mampukah kita

mengalahkannya dengan

selalu mendahulukan kepentingan umum diatas

kepentingan pribadi?

Jika ya, maka kita adalah yang terbaik.

Untuk bisa dicintai banyak

orang dan dalam kisah ini

adalah majikan, yang

terpenting bukanlah siapa

kita, melainkan dedikasi dan pelayanan terbaik yang bisa kita berikan untuknya.

Dan kepercayaan adalah bayaran terbesar yang akan kita terima dari segala jerih payah yang telah kita lakukan.