Rumput di Halaman Rumah Tetangga Selalu Nampak Lebih Hijau

Rumput di Halaman Rumah Tetangga Selalu Nampak Lebih Hijau

Sebutlah namaku Fitri.

Umurku belum genap sepuluh tahun

Aku anak paling kecil di antara kedua kakak-kakaku.

dan aku satu satunya anak perempuan di keluargaku ini

ibuku sering sekali memaggilku sibungsu mungkin karena aku bisa di sebut anak ter’akhir yang di lahirkanya

ku akui ada sipat yang kurang bagus di dalam diri aku

, kakaku pernah bilah bahwa aku cerewet, terlalu banyak omong, katanya pada suatu hari.

ya memang itulah aku, selalu ingin tau dan selalu ingin mendapatkan apa yang aku dambakan.

beda sekali dengan kedua kakak lelakiku, dia agak pendiam dan sangat penurut pada orang tua

Sampai sa’at ini aku sangat mendambakan sosok seorang Ayah.

Ya.., seorang Ayah yang baik, pengertian, tau apa yang ku inginkan, dan enak untuk di ajak bicara atau curhat.

aah.. Bangga rasanya jika ayahku seperti itu

aku bisa bilang pada teman temanku, bahwa Ayahkulah yang paling baik.

Tapi sayang, sepertinya keinginan itu jauh dari kenyataan.

Ya.. Jauh sekali.

Jika aku melihat sosok Ayahku sekarang ini,

dia sangat dingin, pendiam dan sedikit pemarah,

Jarang sekali dia menyapaku, apa lagi bertanya tentang masalah pelajaran sekolah dan keinginanku

pernah suatu hari ku tanya pada ibuku “mengapa ayah begitu padaku, apa ayah ga sayang padaku?”

ibu hanya menjawab “Ya pasti sayanglah cuma mungkin ayahmu itu terlalu cape dengan pekerjaanya”

aku kurang yakin dan puas dengan jawaban ibuku yang seolah membela ayahku.

Pokonya suatu hari aku akan tanya langsung pada ayahku tentang unek uneku ini.

tapi untunglah aku masih punya ibu yang bisa di ajak curhat tentang masalah masalahku.

Oh iya aku punya seorang teman wanita,

sebutlah namanya Dewi.

aku begitu akrab denganya, begitupun dengan ayah dan ibunya

sering sekali aku mengerjakan tugas sekolah di rumahnya,

malah tak jarang aku tidur di rumahnya yang terletak persis di depan rumahku.

Ayah dan ibunya begitu baik padanya,

Terutama Ayahnya dia begitu perhatian pada Dewi, tau apa yang Dewi mau.

Aku pun sangat senang bila di ajak bicara olehnya, dia sering memberikan pepatah yang baik menurutku.

beliau juga sering memberi makanan, uang jajan dan lainya.

Sayang beliau sekarang ga ada di rumahnya.

katanya sih dinas di luar negri.

maklumlah beliau bisa di sebut orang penting di kantorya, kata Dewi menjelaskan padaku.

“hari sabtu sepulang sekolah kamu main dan tidur di rumahku yah!…”

“Ayahku mau datang nanti malam lho”

kata Dewi suatu hari

Betapa senangnya aku mendengar ajakan temanku itu,

pasti aku ketemu ayahnya

ga tau kenapa aku begitu merindukanya, mungkin beliau sering memberikan sesuatu ya tak di sangka sangka padaku.

tak ada alasan aku untuk menolak ajakan itu.

tibalah waktu yang di tunggu tunggu itu

sepulang sekolah setelah ganti baju aku bergegas lagi tuk main ke rumah dewi,

“mau kemana lagi kamu, ga makan dulu!”

kata ibuku bertanya.

“Ga bu…, aku mau makan di rumah Dewi, di sana lebih enak lauknya, ga seperti di rumah ini”

kataku menjawa seenaknya.

“dasar kamu”

kata ibu sambil tersenyun.

“Oh iya bu, Ayahnya dewi mau datang nanti malam, siapa tau dia ngasih oleh oleh buat aku”.

“tau dari mana kamu”

kata ibuku

“ya kata Dewilah, Bu ayahnya Dewi begitu baik pada anaknya bahkan padaku,

Andai dia ayahku mungkin hidupku akan bahagia tentram jika di dekatnya ga seperti sekarang ini ayahku jarang sekali memberikan apa yang aku minta, “

kataku sedikit mengadu pada ibuku.

Hus jangan gitu kamu nanti durhaka, kamu jangan membanding bandingkan antara ayahnya Dewi dan ayah kamu,

ayahnya Dewi kan banyak uangnya jadi gampang tuk membeli sesuatu”.

kata ibuku lagi sedikit menegurku.

aku ga mau lagi berdebat, langsung saja aku pergi menuju rumahnya Dewi.

Setibanya di rumahnya,

Dewi telah menunguku tuk makan siang,

wow… Lauk pauk di meja makan kelihatanya banyak dan enak enak mengundang selera makanku, Andai saja di rumahku seperti ini.

celotehku dalam hati sambil berpikir “kapan keluargaku seperti ini”.

aku pun makan dengan lahapnya..

Tak terasa waktu telah sore, Sa’at yang di tunggu tunggu hampir tiba

Ah…dasar aku padahal yang datangkan bukan ayahku,, tapi ayahnya Dewi, mengapa aku ikut mengharapkanya..

Di ruang keluarga aku dan dewi serta ibunya nonton TV bersama sambil makan cemilan. Tiba tiba suara mobil datang kerumahnya Dewi.

Tak salah lagi itu ayahku..Eh ayahnya Dewi.

Dewi dan Aku lari kepintu depan.

Benar juga ayahnya dewi telah datang dia turun dari mobilnya sambil membawa dua bungkusan besar.

Ayah… datang

kata Dewi dan aku hampir bareg setenganh berteriak,

Ayahnya dewi langsung memeluk Dewi.

“Nih buat kamu”

katanya sambil memberikan bungkusan tadi

“Apa inih yah?”

Dewi bertanya sedikit manja

“Ini pesananmu, kan kamu pesan boneka yang besar jadi ayah beli”.

ayahnya dewi menjawab sambil menuntun Dewi masuk ke rumah

Aku ngikuti dari belakang, sedikit ada rasa iri di hatiku.

“Oh..iya lupa ini untuk Fitri aku belikan juga boneka”.

ayahnya dewi menoleh ke arahku sambil memberikan bungkusan yang satunya.

“Terima kasih Om” jawabku dengan hati riang.

Di dalam rumah ibunya dewi telah menyiapkan minuman tuk Suami tercintanya.

aku pun ikut berkumpul di ruang keluarga.

Ayahnya dewi janji besok mau ajak jalan jalan Dewi dan aku ke Kota..

Ini dia yang di tunggu tunggu kataku dalam hati.

Besoknya pagi pagi sekali ayahnya Dewi menepati janjinya

Dewi sekeluarga serta aku di ajak jalan jalan

Mobil telah siap tuk berangkat

aku duduk di belakang bersama Dewi

Tiba di tujuan agak siangan

aku dan dewi masuk Mall

di sana banyak sekali yang Asik asik,

Pakaiyan, mainan,Bahkan makananpun ada

Emang waktu tak terasa berlalu

tiba saatnya tuk pulang.

Rasanya belum puas hati ini jalan jalan di kota ini

pikirku kapan lagi aku bisa begini

tapi mau gimana lagi ayahnya Dewi telah mengajak pulang

.. ….

Tiba di rumahnya dewi waktu menjelang sore

lalu aku pun pamitan

kubawa pulang apa yang telah di berikan oleh Ayahnya Dewi

biar sekalian ku pamerkan pada ibu, kaka, terutama ke Ayahku biar nyaho…

pikirku dalam hati penuh dendam

Di depan rumahku terdengar suara bentakan Ayahku

wah.. Wah…wah…..

Ada apa nih, kedengaranya Ayahku lagi marah marah.

Aku pun cepat cepat masuk pingin tau apa yang sebenarya terjadi di rumahku.

Ternyata benar Ayah sedang marah marah sambil berdiri

sementara kedua kakaku duduk menunduk di kursi, penuh ketakutan

“Apa yang terjadi Bu” setengah berbisik ku tanya ibuku

“Itu…, kakak kamu tadi pake motor Ayahmu tanpa ijin dulu..

terus jatuh dan motorya lecet lecet”

ibu menjawab dengan wajah sedikit sedih.

Makian Ayahku masih terus terdengar.

walah di tujukan pada kakaku makian Ayahku terasa Pedas di hati ini

Rasanya ku ingin balik berteriak memaki sang Ayah.

ingin ku keluarkan semua unek unek yang tersimpan selama ini di benaku pada Ayah yang satu ini.

Tapi sekuat tenaga ku tahan dalam hati

Aku masuk kekamar melewati ayah yang masih marah,

“DARI MANA AJA KAMU” tiba tiba ayahku membentaku.

aku pun berbalik langsung berhadapan dengan ayah.

Amarahku memuncak keberanianku tiba tiba mengebu gebu.

Ayah mau marah sama Aku, Silahkan yah…

Ayahkan bisanya cuma marah sama anak anaknya.

ga ada sedikitpun rasa kasih sayang yang Ayah berikan pada aku dan kaka kakaku.

Ga seperti Ayahnya Dewi dia begitu baik dan pengertian sama anaknya bahkan pada aku

Ayah egois….. “

Tiba tiba Omonganku nyerocos begitu saja,

kini Aku balik marah ke ayahku,Semua unek unek yang aku kumpulkan dari dulu, sekarang keluar lewat cacian ke Ayahku.

ga peduli mau gimana reaksi ayah

apa ayah akan memukulku?,

mengusirku dari rumah ini?,

atau tak menganggapku sebagai anaknya?.

Aku telah siap menghadapinya

Muka dan mata ayahku memerah, pandangan tajam nusuk ke hatiku, bibirnya bergetar..

aku tertunduk sambil menunggu apa yang ayah lakukan padaku.

Tiba tiba saja ayahku masuk kamar tanpa sepatah katapun membalas makianku.

pintu kamar ditutupnya begitu keras, hingga membuyarkan pikiranku tentang apa yang telah ku lakukan dan aku ucapakan barusan ke Ayah.

Sekarang tinggal aku, kaka kaka ku dan ibuku yang ada di ruangan ini

hening semua membisu seolah tak percaya apa yang baru saja terjadi

kaka kaka aku semuanya menyalahkan perbuatanku barusan begitupun ibuku.

Setelah kejadian itu ada aneh dengan sikap ayahku.

sepulang kerja dia selalu langsung masuk kamar,

bisu, muram,tanpa gairah diwajahnya.

penyesalan dihatiku mulai datang.

aku merasa bersalah

anak macam apa aku

berani beraninya mencaci orang tua

Ku ingin minta ma’af tapi belum juga ke sampaian.

pagi itu aku di bangunkan suara sirine.

Sirime dari sebuah mobil polisi di depan rumahku

aku lihat lewat jendela kamarku

ternyata benar, beberapa orang polisi mendatangi rumahnya Dewi

dan mereka keluar lagi sambil membawa Ayajhnya dewi yang kelihatanya di Borgol

apa salah ayahnya dewi ya?

pertanyaan pertanyaan itu datang dari hatiku

penasaran juga

akhirnya aku keluar

ternyata di luar banyak sekali orang.

para tetangga yang ingin melihat Ayahnya dewi di bawa polisi

dan aku mendapatkan kabar berita dari mereka bahwa Ayahnya Dewi adalah seorang koruptor dan penyelundup obat obat terlarang.

sejenak aku berpikir….

Ayahnya dewi yang selama ini aku banggakan ternyata seperti itu.

aku jadi ingat ayahku.

rasa bersalahku makin menjadi

Pokoknya aku harus minta ma’af nanti,

Niatku telah bulat aku berdosa jika tidak minta ma’af.

seperti biasa sepulang kerja ayahku langsung masuk kamar

“Bu aku merasa bersalah pada ayah, aku ingin minta ma’af padanya, tapi gimana caraya? “

kataku pada ibu minta pendapat

“ya udah nanti malam kamu masuk kamar ayahmu dan langsung minta ma’af yah”

Aku masuk Tanpa mengetuk pintu kamar ayahku,

kulihat Ayahku sedang berdo’a aku menghampirinya

Air mata tak tertahan jatuh di pipiku.

Ma’af yah..

hanya itu yang bisa aku katakan waktu itu

Ayah memandangiku wajah dan Matanya sejuk serasa damai di hati ini

aku menagis di pangkuanya.

rambutku di elusnya mata ayah berkaca kaca

“Sama sama Fit ayah juga minta ma’af tentang kelakuan ayah kepada kalian selama ini dan ayah juga minta ma’af belum bisa memberi apa apa pada kalian”

lega rasanya mendengar kata kata ayah sekarang ini

aku keluar kamar ayahku dengan hati lega.

di luar kakaku dan ibu duduk di kursi, melihat aku keluar kamar mereka mengajaku duduk di sampingnya.

“Gimana fit”

tanya ibu sambil tersenyum

aku hanya tertunduk malu

“Gitu dong itu baru adiku”

tiba tiba kakaku ngomong sambil bercanda.

setelah kejadian itu ayahku jadi tak murung lagi dia sering kumpul bercanda dengan aku kakaku dan ibu.

“Mingu besok kita Opsih di halaman rumah okeh”

ajak ayahku suatu sore

Minggunya ayah dan ibu telah sibuk di pekarangan

menganti tanaman mati denan yang baru

kaka kakaku tak kalah sibuk mencabuti rumput rumput liar yang tak sedap di pandang mata

aku merasa tentram ada di keluargaku tak ingin rasanya jauh dari mereka

aku keluar rumah melihat ke arah rumahnya Dewi.

sunyi…

sepi…

di tinggal sang penghuni

Halamanya yang luas di penuhi rumput yang hijau.

di sana aku dan Dewi sering bermain.

tapi sekarang rumah itu telah diSITA oleh pemerintah.

aku berbalik melihat ke arah rumahku,

Emang sih rumput di halaman rumahnya Dewi tampak lebih hijau di banding rumput di halaman rumahku

Tapi rumput di halaman rumahku tanpak lebih indah di pandang mata…


80s toys - Atari. I still have